Pria Besar Bertato Mawar

Oleh: Hilmi Faiq

Sebenarnya Soni tahu belaka cerita di balik tato itu. Mungkin sopi membuat dia lupa atau sengaja memancing Luan agar berbagi cerita. Dulu, Luan seperti mereka, gemar bercerita. Tapi sejak enam tahun lalu, sejak tato itu ada, dia malas berkisah.

***

Luan adalah penjaga parkir Pasar Omele Sifnana, sekitar setengah kilometer dari Dermaga Sifnana. Jika melihat Luan berdiri di pasar, siapa saja akan tenang hatinya meninggalkan sepeda motor berikut kuncinya sebab Luan akan mengejar sampai liang cacing laut jika ada yang berani mencuri kendaraan. Suaranya yang bariton dan serak, cukup menggambarkan itu semua.

Dia menjadi penjaga parkir sejak lulus sekolah menengah. Selama itu, hampir tidak pernah ada pencurian sepeda maupun sepeda motor. Hanya sekali. Iya hanya sekali, seorang pendatang yang bekerja sebagai penjual ikan mencoba mencuri motor bebek keluaran baru. Di hari pencurian, Luan gagal menangkapnya dan oleh karena itu dia tak bisa tidur. Dia merasa gagal menunaikan tanggung jawab sebagai tukang parkir. Bila tidak segera menangkap pencuri itu, Luan merasa runtuh harga dirinya.

Maka, keesokan harinya sejak terang tanah, tatkala dedaunan masih basah oleh embun, dengan wajah kusut karena kurang tidur, Luan keliling kampung mencari persembunyian si pencuri. Begitu melihat pencuri itu melintas, Luan mencegatnya di tikungan. Luan menarik kerah baju si pencuri dari belakang ketika ia melajukan motor, sehingga badan si pencuri menggantung di udara sementara motornya melaju oleng tanpa pengendara sebelum menabrak batang pohon kelapa.

Peristiwa ini makin membuat warga percaya, Luan adalah simbol keamanan. Dia bukan tipe tukang parkir yang hanya datang meminta uang ketika kita hendak pulang.

***

Luan menikah dengan Shein Fambrene dari Selaru, salah satu pulau kecil dari gugusan Kepulauan Tanimbar. Tiga tahun setelah akad nikah, mereka dikaruniai seorang putri bermata jernih bundar, dan kelak, geligi rapi seperti ibunya. Rambutnya yang keriting halus mengingatkan Luan kepada mendiang ibu kandungnya. Kepada istrinya tercinta, Luan mengusulkan nama Duan Batis untuk bayi mungilnya. Duan berarti tuan, orang yang melindungi. Luan ingin anaknya berguna bagi banyak orang, selalu melindungi demi kebaikan. Nama itu juga terinspirasi dari pekerjaannya sendiri, yang sehari-hari melindungi kendaraan warga sepenuh hati.

Terhadap Duan, Luan tentu saja akan menjaganya dengan sepenuh hati dan tenaga, jangan sampai ada yang menyakitinya. Dia pernah menyiram minyak tanah ke segala lubang di sekeliling rumah lantaran seekor semut mengigit paha Duan hingga putri kecilnya itu menangis.

Duan tumbuh sebagaimana anak-anak pada umumnya meski Luan kadang merasa anak tunggalnya tumbuh terlampau cepat. Apalagi setelah dia mendengar selentingan bahwa akan ada yang melamarnya untuk dijadikan istri. Sebagai seorang ayah, perasaan Luan seperti nelayan menarik sauh di tengah badai. Berat sekali melepas Duan.

Namun, dia paham bahwa hidup terus berjalan dan Duan yang menginjak dua puluhan tahun telah mampu menentukan jalan hidupnya: menikah dengan Niko Sarbunan, buruh angkut di Pelabuhan Saumlaki.

Duan dan Niko hidup bahagia. Sayangnya tidak lama. Tersiar kabar, Niko gemar mabuk sopi. Tidak sore. Tidak siang. Tidak malam. Bahkan di pagi hari pun dia sering tergeletak teler di ruang tamu. Kadang meringkuk udang di teras rumah. Bagi Niko, sopi lebih nikmat daripada madu. Duan paham belaka kalau Niko, seperti halnya banyak pria di kampungnya, doyan sopi. Tapi dia tak menyangka akan separah ini.

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi