Pria Besar Bertato Mawar

Oleh: Hilmi Faiq

Seketika seluruh kantuk Luan hilang. Dia membayangkan anaknya dengan perut membuncit melata pada pohon kelapa. Terlalu berbahaya untuk perempuan hamil muda. Bisa-bisa Luan gagal menimang cucu. Bukan hanya itu. Ini juga soal harga diri jika aku diam saja anakku disiksa. Begitu pikiran yang memenuhi otak Luan.

Dengan bertelanjang dada dan langkah-langkah kasar takut kehabisan waktu, Luan pergi ke rumah anaknya. Wajahnya gusar, tangannya terkepal. Warga yang berpapasan di jalan hanya menatap penuh tanya, tak berani menyapa karena takut diamuk Luan. Seumur-umur, belum pernah warga Kepulauan Tanimbar melihat Luan yang sabar itu seperti ini. Berarti masalah sudah sangat gawat.

Sesampainya di halaman rumah anaknya, Luan melihat Niko berdiri dengan tangan kiri berkacak pinggang sembari mendongak ke atas. Tangan kanannya menggenggam botol sopi yang setengah kosong. Sambil cekikikan, Niko menunjuk-nunjuk Duan yang susah payah memanjat batang kelapa.

“Duan, ose stop. Turung!” Teriak Luan meminta anaknya turun.

Duan setengah kaget dan menoleh ke sumber suara. Pelan-pelan dia turun.

“Kalau ose turung, beta pukul ose!” Niko berteriak mengancam Duan.

Tiba-tiba Luan merasa ada hawa panas yang merayapi kaki lalu naik sampai kepala ketika mendengar ucapan Niko. Degup jantungnya berlarian. Napasnya pendek-pendek dan tanpa dia sadari, kepalan tangan kanannya menguat. Sejak kecil, Duan dia jaga dengan sepenuh hati hingga semut pun takut menggigit; ini ada kecoa tukang mabuk yang semestinya melindungi anak semata wayangnya, malah menyiksa dan main pukul.

Dalam hitungan detik, tangan kiri Luan mencekik leher Niko. Niko kaget dan refleks memukul kepala Luan dengan botol sopi. Ada yang meleleh dan beraroma amis dari pelipis kiri Luan. Cuping hidung Luan melebar menahan marah. Tak tahan juga. Dengan gerakan yang tak begitu terukur, Luan melesapkan tinju kanannya ke rahang Niko. Tangannya yang besar itu, menggeser rahang bawah Niko dari posisi semula. Duan menjanda, Luan masuk penjara.

“Bebas dari penjara, tato ini aku buat. Untuk Duan, anakku.” (*)

Catatan:
1. Bu Luan pung tato akang bagus ee. Biking akang di mana?= Bapak Luan, punya tato bagus. Bikin di mana itu?
2. Bu Luan cerita akang dolo= Bapak Luan, ayo cerita sedikit dulu,”
3. Panggilan “Bu” lumrah dipakai warga Saumlaki untuk menyebut sapaan “Bapak”; Ose = kau/kamu; Beta = Saya.


Hilmi Faiq | Wartawan. Menulis sajak dan cerpen. Karya-karyanya dimuat di berbagai media. Cerpen-cerpennya antara lain terangkum dalam buku Pesan dari Tanah, terbit pada Desember 2020, serta Pemburu Anak yang segera terbit pada akhir Mei 2021.

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi