Suami vs Istri

Oleh: Latifah Nurul Fauziah

Citra berjalan ke arah nakas, kemudian meraih dua benda itu dan mengangkatnya di udara. Rahman cengengesan.

Sudah beres masalah ikat pinggang dan kaus kaki, Citra kembali ke dapur lagi untuk melanjutkan acara masaknya. Setelah selesai, Citra mengajak suaminya untuk sarapan dan mengantarnya ke depan untuk melepas bekerja.

“Nggak ada yang ketinggalan, kan, A?” Tanya Citra memastikan. Satu pertanyaan yang sering ia lontarkan di pagi hari menjelang keberangkatan suaminya ke kantor.
“Udah semua sayang.” Jawabnya percaya diri.
“Yakin?” Tanya Citra lagi. “Dompet? Charger? Hp? Tab?”
Rahman menghela nafas lelah. “Udah sayang. Ya udah, aku berangkat dulu ya. Assalaamu’alaikum..”
“Wa’alaikumussalaam.” Setelah mengecup kening, Rahman melajukan mobilnya hingga menyatu dengan kendaraan lain di jalanan Bandung.

Citra merapikan tempat tidurnya kembali meskipun tadi sudah. Biar lebih bersih dan wangi, Citra menyapu ulang kemudian menyemprotkan kembali wewangian.

Langkahnya berayun ke ruangan ganti, tapi matanya memicing melihat dompet suaminya tergeletak di meja. Citra memejamkan matanya jengah. Baru juga tadi ia tanya, dan suaminya yakin bilang sudah.

Huhhh!!!
Sekali lagi, Citra membuang nafas lelah. Ya Allah!!

Melangkahkan kembali kakinya ke kamar, suara denting ponselnya berbunyi. Ada pesan dari suaminya.
“Sayang, bisa anterin charger aku nggak di dekat TV? Ketinggalan, maaf ya, anterin kesini! I love you.. muachh.”
“Giliran gini aja bilang i love you. Kesel!!” Gerutu Citra dengan lemas.

Citra langsung terkulai di sofa, kedua tangannya menyugar rambut ke belakang. Tarik nafas… hembuskan. Sekali lagi, tarik nafas lagi… hembuskan. Buka mata!

“Kesel aku sama si Aa. Ya Allah ampun deh. Tadi pagi pas berangkat kerja dia ribut nyari gesper sama kaus kaki sampe teriak-teriak. Padahal dua benda itu ada nakas. Dia kalau balik badan langsung ketemu itu gesper sama kaus kaki.”

Sesi curhat yang ia buka di awal pagi ini kepada temannya, Anggi. Bukan hal aneh, Anggi sudah biasa dengan ini. Bedanya tiga hari terakhir ini Anggi hanya geleng-geleng kepala. Biasanya, dia akan bersikap seperti Citra. Ikut misuh-misuh karena mengalami hal sama. Sekarang? Oh tidak! Dia sudah tahu ilmunya.

“Kamu kok tenang-tenang aja, sih, Gi? Biasanya kamu misuh-misuh juga kalau ada drama pagi hari?” Tanya Citra ketika ditemui, Anggi sudah tak menanggapi dengan heboh.

Anggi mengambil ponsel, dan mengirimkan sebuah video rumah tangga kepada Citra.
“Apa nih?”
“Lihat aja nanti. Tapi lihatnya bareng Rahman!” Perintah Anggi dengan tersenyum.
“Bukan video itu, kan?” Bisik Citra menoleh kanan kiri. Seketika Anggi menegur.
“Heh! Sembarangan!”

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini